Rahim Pengganti

Bab 115 "Tamu Tak Diundang"



Bab 115 "Tamu Tak Diundang"

0Bab 115     

Tamu Tak Di Undang.     

"Good job, kesayangan Onty harus gitu ya."     

"Onty. Nanti pulang jangan lupa bawain kakak oleh oleh ya, kata ayah uang Onty banyak," ujar Melody dengan polosnya, sedangkan Bian yang mendengar hal itu hanya bisa mendesah pasrah anaknya itu sungguh sangat polos.     

"Jangan racuni otak keponakan aku ya Mas. Awas aja," ucap Siska.     

Obralan mereka pun berlanjut, banyak hal yang diceritakan oleh Siska kepada Bian dan Carissa, kedua orang di sana pun juga mendengarkan semuanya dengan baik.     

***     

2 Minggu kemudian.     

Semua orang sudah sibuk dengan pembukaan Cafe Cemara cabang Jakarta, Siska sudah mempersiapkan semuanya wanita itu melakukan semuanya dengan maksimal bahkan Siska harus bolak balik Jakarta Malang selama dua minggu ini demi pembukaan Cafe baru cabang ke tiga di Jakarta dan cabang kedua di Malang namun, di tempat berbeda.     

Siska sangat sukses, mengelola cafe tersebut sehingga bisa berkembang dengan sangat pesat seperti saat ini. Carissa begitu bangga dengan adik ipar nya itu.     

"Mbak aku kok deg degan ya," ujar Siska dengan tangan nya menggenggam tangan milik Carissa dengan erat.     

"Tenang aja. Kamu pasti bisa," jawab Carissa penuh keyakinan.     

Nanti saat Grand opening, Siska akan menyampaikan beberapa kata ini merupakan kali pertama bagi nya seperti itu. Apa lagi ada beberapa orang penting yang dirinya undang, salah satunya anak seorang terpandang yang menjadi pelopor usaha menengah untuk orang orang kecil.     

"Gimana dengan semuanya, dek?" tanya Bian. Siska menoleh ke arah abangnya itu, lalu menjelaskan semua nya. Carissa dan Bian selalu ikut andil dalam setiap langkah Siska, bukan karena mereka tidak percaya akan kemampuan Siska. Namun, karena wanita itu lah yang selalu ingin kedua nya juga ikut dalam setiap langkahnya.     

Bagi Siska, kedua orang itu adalah kekuatan untuknya supaya dirinya bisa tetap berjuang dengan sangat kokoh, meskipun banyak badai yang menerpa contohnya kedatangan Xavier, pria itu selalu mengirimkan pesan singkat untuk mengajak Siska pergi bersama.     

Namun, tidak pernah Siska respon. Bukan karena dirinya, tidak bisa melupakan pria itu atau karena dirinya masih kesal dan memiliki dendam. Tapi karena, Siska masih sibuk dengan urusan cafe. Siska tidak ingin merusak mood nya, ketika nanti bertemu dengan Xavier.     

Hari yang di tunggu tiba, semuanya sudah berangkat menuju tempat acara. Gaun yang digunakan Carissa kali ini, begitu indah dia gunakan. Perut yang terlihat buncit itu, tidak terlalu terlihat jelas.     

"Mbak!!! Cantik banget sumpah. Ini perutnya juga oke banget," ujar Siska. Carissa hanya tersenyum, baju yang digunakan ini sangat nyaman di pakai. Apalagi di usia kandungan yang semakin bertambah ini, untuk bergerak terlalu sering saja membuat, Carissa sering kelelahan.     

***     

Siska bersama Bian sudah berjalan menyapa beberapa orang yang sudah datang ke acaranya. Sedangkan Carissa lebih memilih untuk duduk di mejanya sembari mengawasi Melody yang sedang bermain.     

Saat Siska sedang sendirian seseorang yang tak pernah dirinya sangka ada di sana menghampiri Siska. Hal itu membuat Siska terkejut, bukankah di list daftar tamu seingatnya tidak ada nama pria itu tapi kenapa sekarang pria yang belum ingin Siska lihat ada.     

"Hai? Bertemu kembali, sepertinya sangat sulit ya untuk bisa ketemu kamu," ucapnya. Pria itu adalah Xavier, pria yang sedang dihindari oleh Siska. Bukan karena belum move-on tapi karena banyak kerjaan yang harus dilakukan oleh Siska, dan dirinya tidak ingin terganggu. Tapi lihatlah saat ini, pria itu ada di depan matanya.     

Siska berusaha bersikap biasa saja, dirinya tidak mau membuat acara ini gagal. Apa lagi banyak orang orang hebat yang sudah datang atas undangannya.     

"Saya sibuk," jawab Siska dengan singkat. Hanya dua kata yang diucapkannya namun, memiliki arti yang sangat jelas. Arti yang membuat siapa saja yang mendengar mengerti apa maksud dari hal itu.     

"Pasti kan. Sampai untuk membalas bahkan membuka pesan saja tidak mampu. Atau hal itu sengaja kamu lakukan," ucap Xavier lagi, pria itu sudah sangat gila karena menunggu balasan dari Siska.     

Bahkan dirinya sampai mau menggantikan sahabatnya, yang tidak bisa hadir demi bisa melihat keadaan Siska begitu dekat. Namun, sepertinya Siska masih tidak mau bertemu atau dekat dengannya.     

"Siska!!" panggil seseorang. Keduanya menoleh ke arah belakang, senyum di bibir Siska terbit ketika melihat siapa itu. Sedangkan Xavier hanya memasang wajah datarnya apa lagi ketika melihat senyum itu terbit di bibir Siska.     

"Mas. Kamu dari mana aja, aku cariin loh," ucapnya dengan nada manja. Elang yang berdiri di depan saja, terdiam sesaat ketika mendengar ucapan tersebut. Bagaimana bisa, Siska bersikap seperti itu begitu manja dengannya.     

Tatapan mata Elang menangkap seseorang di samping Siska yang tak asing. Beberapa saat akhirnya Elang ingat siapa orang itu. Pria yang membuat Siska pergi dari galeri itu. Timbul semakin banyak pertanyaan, dikepala Elang mengenai siapa pria tersebut.     

"Ayo Mas," ajak Siska. Wanita itu bahkan tidak lagi menoleh ke arah Xavier yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Siska menggandeng tangan Elang dengan begitu mesra seolah ingin menunjukkan bahwa Siska bisa.     

Xavier hanya bisa menghela nafasnya pasrah, dirinya tau jika kesalahan yang diperbuat sangatlah besar. Sehingga Siska sangat sulit, bahkan tidak bisa memaafkan nya.     

Acara demi acara telah dilakukan, senyuman manis di bibir semua keluarga terbit dengan sangat sempurna. Bian yang bertemu mata dengan Xavier hanya memasang tatapan pasrah dan malas. Ya, pria itu awalnya kaget. Arya Bagaskara yang menjadi salah satu rekan bisnisnya tidak bisa hadir, dan di gantikan oleh Xavier.     

***     

"Selamat ya dek. Makin sukses cafe cafe nya, bisnis women sejati ini," ucap Bunga.     

"Makasih ya Mbak. Udah mau mampir, Mas Alan juga terima kasih. Aku tersanjung sekali loh," jawab Siska.     

"Tidak mungkin kami tidak datang ke acara ini. Seorang wanita karir yang mengundang kami khusus," balas Bunga. Mereka tertawa duduk di satu meja yang sama, Melody yang ada di pangkuan Bian sudah terlelap. Anak gadis itu, tidak mau lepas dari pelukan sang ayah. Membuat Carissa merasa tidak enak, padahal Bian masih harus menyambut beberapa tamu.     

"Lang. Temani Siska ke tempat jajaran Duta Group, biar mereka bisa jadi sponsor nantinya," ujar Bian. Elang yang dari tadi hanya diam, menganggukkan kepalanya. Siska dan Elang pun segera berjalan ke arah, orang orang hebat tersebut.     

"Tenang aja. Hanya Elang yang bisa jadi pawangnya hari ini," balas Bian saat melihat ekspresi wajah sang istri yang berbeda. Senyum di wajah Carissa seketika berubah saat mendengar ucapan tersebut.     

***     

Elang masih menunggu Siska yang masih berada di dalam cafe, di depan mobil Elang berdiri sembari menatap handphone sesekali. Seseorang di dalam mobil di sudut jalan menatap penuh tajam ke arah mereka.     

Tak lama Siska keluar, dari dalam cafe wanita itu tersenyum ke arah Elang dan segera masuk ke dalam mobil. Sedangkan orang yang ada di dalam sana, menatap dengan ekspresi kesal dan amarah.     

"Ayo tuan putri kita pulang? Atau tuan putri ingin, pergi ke suatu tempat?" tanya Elang.     

"Pulang aja Mas. Ini udah malam, aku capek banget seriusan," jawab Siska.     

"Oke siap."     

Mobil yang dikendarai oleh Elang berjalan, begitu juga mobil yang sejak tadi berada tak jauh dari mereka. Mobil putih itu sedikit memberikan jarak supaya mobil yang ditumpangi oleh Elang dan Siska tidak curiga dengan nya.     

Tidak ada perbincangan serius yang dilakukan oleh keduanya, hanya beberapa pertanyaan dan jawaban singkat yang terdengar, terlihat dengan sangat jelas bahwa Siska sangat lelah karena rangkaian acara hari ini. Dua puluh lima menit berlalu, Elang sudah sampai di depan rumah Bian dan Carissa, mobil itu berhenti Siska menatap Elang dengan senyuman yang mengembang.     

"Makasih ya Mas. Sudah mau antar dan direpotkan beberapa hari ini," ucapnya dengan tulus. Satu minggu kemarin, Elang lah yang selalu dirinya minta untuk di repot-kan mencari beberapa hal untuk acara hari ini, dan hal itu dimanfaatkan oleh Elang untuk bisa kembali dekat dengan Siska.     

"Gak masalah. Aku juga lagi free," jawabnya, padahal yang sebenarnya terjadi tidak banyak pekerjaan yang Elang limpahkan kepada Jodi demi bisa menemani Siska dengan segala urusannya.     

Keduanya pun turun, Elang mengantar Siska sampai ke depan pintu tangannya mengusap kepala Siska dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Hal itu membuat seseorang di dalam mobil menggeram kesal melihat adegan yang benar benar tidak dirinya suka.     

"Udah sana pulang Mas. Udah malam juga," ucap Siska.     

"Kamu ngusir aku? Tega kamu usir orang yang sudah dengan rela mengantar kamu ke sini," ujar Elang denhan nada penuh drama.     

Pintu itu terbuka, di sana ada Bian yang keluar dengan ekspresi yang sulit di artikan.     

"Gue jijik Lang, dengernya. Seriusan!" ucap Bian.     

"Mas Bian."     

Bian lalu mendekati keduanya dengan tatapan datar.     

"Pulang sana udah malam gak usah lebai," ucap Bian lagi. Elang hanya bisa pasrah ingin membantah dirinya tidak bisa, karena saat ini Elang sedang mencoba kembali mengambil hati Bian.     

Bian tersenyum puas, saat melihat Elang yang mengalah. Kapan lagi baginya berada di situasi seperti ini, karena Bian tahu saat ini Elang sedang menahan diri nya.     

"Aku pamit ya. Langsung mandi dan istirahat," ucap Elang lembut, sungguh Bian tidak menyangka jika seorang Elang bisa berkata seperti itu. Siska menganggukkan kepalanya tidak ingin membuat kedua pria itu saling tarik urat.     

Bian segera meminta Siska untuk masuk ke dalam rumah, pria itu lalu menatap ke arah mobil yang sejak tadi berhenti tak jauh dari rumahnya. Pria itu lalu mengeluarkan ponselnya, dan mengetikkan sesuatu.     

"Dia juga pergi," ucap Bian kepada orang yang ada di sambungan telpon tersebut, setelah itu. Bian masuk ke dalam rumah, sejak tadi Bian sudah memperhatikan Mobil yang juga berhenti tak jauh dari mobil Elang berhenti, itulah yang membuat Bian sedikit curiga.     

###     

Hallo. Sorry telat update, terima kasih ya. Selamat membaca     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.